TEORI DAN PENDEKATAN
PEMBELAJARAN BAHASA SERTA METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah
Disusun oleh :
Agus Suprianto 1101444
Ayundha Nabilah
1101291
Gita Miranti 1101449
Ridla Rahmi Aulia 1101442
Rindy Berinda
R 1101436
2A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan ke Hadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan rahmat
dan karunianya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu penyusunan
makalah ini. Tidak sedikit
hambatan yang ditemukan selama pengerjaan makalah ini, walaupun begitu kiranya
masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini baik dalam hal
isi, sistematika maupun teknik penulisannya. Sehingga peran serta semua pihak dalam hal
kritik dan saran membangun sangatlah kami butuhkan untuk bias membuat makalah
yang lebih baik di waktu mendatang
Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca
dan dapat membantu semua pihak dalam menambah pengetahuan dan wawasannya.
Bandung,
Februari 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang................................................................................... 1
B.
Rumusan
masalah.............................................................................. 2
C.
Tujuan
penulisan............................................................................... 2
D.
Metode
penulisan.............................................................................. 2
E.
Sistematika
penulisan........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Teori pembelajaran
bahasa................................................................ 3
B.
Pendekatan pembelajaran
bahasa...................................................... 9
C.
Metode pembelajaran
bahasa............................................................ 12
D.
Teknik pembelajaran
bahasa.............................................................. 15
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan....................................................................................... 18
B.
Saran................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mengajar merupakan salah satu tugas
utama seorang guru. Dalam melaksanakan
tugasnya tersebut, seorang guru memerlukan pedoman yang dijadikan sebagai pegangan agar apa yang dilakukannya sesuai dengan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan
kegiatan proses belajar mengajar,
peranan guru sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing yang paling utama ialah kurikulum.
Seperti yang telah diketahui,
kurikulum disusun berdasarkan suatu pendekatan yang dilandasi pandangan atau
filsafat tertentu. Apabila pandangan berubah, pendekatan berubah, maka
kurikulum pun akan berubah, dan ini
berarti pedoman proses belajar mengajar
juga berubah. Perubahan kurikulum ini dilakukan
untuk menyesuaikan program pendidikan dengan kebutuhan masyarakat serta
meningkatkan mutu pendidikan. Dalam beberapa dasa warsa ini, telah terjadi
beberapa kali perubahan pendekatan dalam dunia pembelajaran, termasuk di
dalamnya dunia pembelajaran bahasa.
Selain pendekatan, seorang guru juga
membutuhkan teori, metode, dan teknik pembelajaran agar proses belajar mengajar
berlangsung dengan baik. Pada umumnya belajar bahasa merupakan belajar
komunikasi dimana pendidik lebih berperan penting dalam keberhasilan peserta
didiknya. Hal ini pun berhubungan dengan kemampuan dan strategi penerapan
pendidik dalam mentransferkan ilmu
kepada peserta didiknya. Komunikasi yang terjadi dalam proses kegiatan belajar
mengajar baik lisan maupun tulisan diarahkan untuk meningkatkan kulaitas
peserta didiknya.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
teori pembelajaran bahasa?
2. Bagaimana
pendekatan pembelajaran bahasa?
3. Bagaimana
metode pembelajaran bahasa?
4. Bagaimana
teknik pembelajaran bahasa?
C. Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
teori pembelajaran bahasa.
2. Mengetahui
pendekatan pembelajaran bahasa.
3. Mengetahui
metode pembelajaran bahasa.
4. Mengetahui
teknik pembelajaran bahasa.
D. Metode
Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka. Penulis
mendapatkan sumber dari buku dan internet yang kemudian disusun dan dijabarkan
kembali dengan bahasa yang sesuai kemampuan dan keterampilan diri sendiri.
E. Sistematika
Penulisan
Makalah ini
terdiri dari tiga bab. Bab pertama sebagai pendahuluan yang memiliki sub-bab
lima buah yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan. Yang kemudian dilanjutkan pada bab
kedua dengan berisi pembahasan yang memiliki empat sub-bab yaitu teori pembelajaran
bahasa, pendekatan pembelajaran bahasa, metode pembelajaran bahasa, dan teknik
pembelajaran bahasa.
Di bab terakhir terdapat bab
ketiga yaitu penutup yang berisikan kesimpulan dan saran dari semua pembahasan
yang telah dijelaskan dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori pembelajaran
bahasa
1. Teori Behaviorisme
Tokoh
aliran ini adalah John B. Watson (1878 – 1958) yang di Amerika dikenal sebagai
bapak Behaviorisme. Teorinya memumpunkan perhatiannya pada aspek yang dirasakan
secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan
respons pada dunia sekelilingnya. Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk
tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika
rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas pun dapat
diprediksikan.
Seorang
behavioris menganggap bahwa perilaku berbahasa yang efektif merupakan hasil
respons tertentu yang dikuatkan. Respons itu akan menjadi kebiasaan atau
terkondisikan, baik respons yang berupa pemahaman atau respons yang berwujud
ujaran. Seseorang belajar memahami ujaran dengan mereaksi stimulus secara
memadai dan memperoleh penguatan untuk reaksi itu.
Implikasi
teori ini ialah bahwa guru harus berhati-hati dalam menentukan jenis hadiah dan
hukuman. Guru harus mengetahui benar kesenangan siswanya. Hukuman harus
benar-benar sesuatu yang tidak disukai anak, dan sebaliknya hadiah merupakan
hal yang sangat disukai anak. Jangan sampai anak diberi hadiah menganggapnya
sebagai hukuman atau sebaliknya, apa yang menurut guru adalah hukuman bagi
siswa dianggap sebagai hadiah. Beberapa linguis dan ahli psikologi sependapat
bahwa model Skinner tentang perilaku berbahasa dapat diterima secara memadai
untuk kapasitas memperoleh bahasa, untuk perkembangan bahasa itu sendiri, untuk
hakikat bahasa dan teori makna.
Upaya
lain untuk mendukung teori Behaviorisme dalam pemerolehan bahasa dilakukan Osgood
(1953). Dia menjelaskan bahwa proses pemerolehan semantik (makna) didasarkan
pada teori mediasi atau penengah. Menurutnya, makna merupakan hasil proses
pembelajaran dan pengalaman seseorang dan merupakan mediasi untuk melambangkan
sesuatu. Pendapat para ahli psikologi behaviorisme yang menekankan pada
observasi empirik dan metode ilmiah hanya dapat mulai menjelaskan keajaiban
pemerolehan dan belajar bahasa tapi ranah kajian bahasa yang sangat luas masih
tetap tak tersentuh.
2. Teori Nativisme
Berbeda
dengan kaum behavioristik, kaum nativistik atau mentalistik berpendapat bahwa
pemerolehan bahasa pada manusia tidak boleh disamakan dengan proses pengenalan
yang terjadi pada hewan. Mereka tidak memandang penting pengaruh dari
lingkungan sekitar. Selama belajar bahasa pertama sedikit demi sedikit manusia
akan membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah terprogramkan.
Dengan perkataan lain, mereka menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian
biologis. Menurut mereka bahasa terlalu kompleks dan mustahil dapat dipelajari
oleh manusia dalam waktu yang relatif singkat lewat proses peniruan sebagaimana
keyakinan kaum behavioristik. Jadi beberapa aspek penting yang menyangkut
sistem bahasa menurut keyakinan mereka pasti sudah ada dalam diri setiap
manusia secara alamiah.
Istilah
nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar bahwa pembelajaran bahasa
ditentukan oleh bakat. Bahwa setiap manusia dilahirkan sudah memiliki bakat
untuk memperoleh dan belajar bahasa.
Manusia
mempunyai bakat untuk terus menerus mengevaluasi sistem bahasanya dan terus
menerus mengadakan revisi untuk pada akhirnya menuju bentuk yang diterima di
lingkungannya. Chomsky dalam Hadley (1993: 49) mengemukakan bahwa bahasa anak
adalah sistem yang sah dari sistem mereka. Perkembangan bahasa anak bukanlah
proses perkembangan sedikit demi sedikit stuktur yang salah, bukan dari bahasa
tahap pertama yang lebih banyak salahnya ke tahap berikutnya, tetapi bahasa
anak pada setiap tahapan itu sistematik dalam arti anak secara terus menerus membentuk
hipotesis dengan dasar masukan yang diterimanya dan kemudian mengujinya dalam
ujarannya sendiri dan pemahamannya.
3. Teori
Kognitivisme
Pada
tahun 60-an golongan kognitivistik mencoba mengusulkan pendekatan baru dalam
studi pemerolehan bahasa. Pendekatan tersebut mereka namakan pendekatan
kognitif. Jika pendekatan kaum behavioristik bersifat empiris maka pendekatan
yang dianut golongan kognitivistik lebih bersifat rasionalis. Konsep sentral
dari pendekatan ini yakni kemampuan berbahasa seseorang berasal dan diperoleh
sebagai akibat dari kematangan kognitif sang anak. Mereka beranggapan bahwa
bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia. Oleh sebab itu
perkembangan bahasa harus berlandas pada atau diturunkan dari perkembangan dan perubahan
yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi manusia. Dengan demikian
urutan-urutan perkembangan kognisi seorang anak akan menentukan urutan-urutan
perkembangan bahasa dirinya.
Menurut
aliran ini kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita menafsirkan peristiwa
atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan. Titik awal teori kognitif
adalah anggapan terhadap kapasitas kognitif anak dalam menemukan struktur dalam
bahasa yang didengar di sekelilingnya. Pemahaman, produksi, komprehensi bahasa pada
anak dipandang sebagai hasil dari proses kognitif anak yang secara terus
menerus berubah dan berkembang. Bahasa dipandang sebagai manifestasi dari
perkembangan aspek kognitif dan afektif yang menyatakan tentang dunia dan diri
manusia itu sendiri.
4.
Teori Fungsional
Dengan
munculnya kontruktivisme dalam dunia psikologi, dalam tahun-tahun terakhir ini
menjadi lebih jelas bahwa belajar bahasa berkembang dengan baik di bawah
gagasan kognitif dan struktur ingatan.
Para peneliti bahasa mulai melihat bahwa bahasa merupakan manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendiri sebagai manusia. Kognisi dan perkembangan bahasa
Para peneliti bahasa mulai melihat bahwa bahasa merupakan manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendiri sebagai manusia. Kognisi dan perkembangan bahasa
a. Piaget menggambarkan penelitian itu
sebagai interaksi anak dengan lingkungannya dengan interaksi komplementer
antara perkembangan kapasitas kognitif perseptual dengan pengalaman bahasa
mereka. Penelitian itu berkaitan dengan hubungan antara perkembangan kognitif
dengan pemerolehan bahasa pertama. Slobin menyatakan bahwa dalam semua bahasa,
belajar makna bergantung pada perkembangan kognitif dan urutan perkembangannya
lebih ditentukan oleh kompleksitas makna itu dari pada kompleksitas bentuknya.
Menurut dia ada dua hal yang menentukan model:
1)
Pada asas fungsional, perkembangan diikuti oleh perkembangan kapasitas
komunikatif dan konseptual yang beroperasi dalam konjungsi dengan skema batin
konjungsi.
2)
Pada asas formal, perkembangan diikuti oleh kapasitas perseptual dan
pemerosesan informasi yang bekerja dalam konjungsi dan skema batin tata bahasa.
b.
Interaksi Sosial dan Perkembangan Bahasa
Akhir-akhir ini semakin jelas bahwa fungsi bahasa berkembang dengan baik di luar pikiran kognitif dan struktur memori. Di sini tampak bahwa kontruktivis sosial menekankan prespektif fungsional. Bahasa pada hakikatnya digunakan untuk komunikasi interaktif. Oleh sebab itu kajian yang cocok untuk itu adalah kajian tentang fungsi komunikatif bahasa, fungsi pragmatik dan komunikatif dikaji dengan segala variabilitasnya.
Akhir-akhir ini semakin jelas bahwa fungsi bahasa berkembang dengan baik di luar pikiran kognitif dan struktur memori. Di sini tampak bahwa kontruktivis sosial menekankan prespektif fungsional. Bahasa pada hakikatnya digunakan untuk komunikasi interaktif. Oleh sebab itu kajian yang cocok untuk itu adalah kajian tentang fungsi komunikatif bahasa, fungsi pragmatik dan komunikatif dikaji dengan segala variabilitasnya.
5. Teori Konstruktvisme
Jean
Piaget dan Leu Vygotski adalah dua nama yang selalu diasosiasikan dengan
kontruktivisme. Ahli kontruktivisme menyatakan bahwa manusia membentuk versi
mereka sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan beragam cara untuk
mengetahui dan menggambarkan sesuatu untuk mempelajari pemerolehan bahasa
pertama dan kedua.
Pembelajaran
harus dibangun secara aktif oleh pembelajar itu sendiri dari pada dijelaskan
secara rinci oleh orang lain. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh
didapatkan dari pengalaman. Selain itu juga guru memainkan peranan penting
dalam mendorong siswa untuk memperhatikan seluruh proses pembelajaran serta
menawarkan berbagai cara eksplorasi dan pendekatan. Jika siswa telah mencobanya
sendiri, maka pemahaman yang didapat tidak hanya berupa kata-kata saja, namun
berupa konsep. Dalam rangka kerjanya, ahli konstruktif menantang guru-guru
untuk menciptakan lingkungan yang inovatif dengan melibatkan guru dan pelajar
untuk memikirkan dan mengoreksi pembelajaran.
6. Teori Humanisme
Teori
ini muncul diilhami oleh perkembangan dalam psikologi yaitu psikologi
Humanisme. Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
siswa agar bisa berkembang di tengah masyarakat. (McNeil,1977)
Sementara
tujuan teori humanisme menurut Coombs (1981):
- Pengajaran disusun berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa. program pengajaran diarahkan agar siswa mampu menciptakan pengalaman sendiri berdasarkan kebutuhannya. hal ini dilakukan untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki.
- Pengajaran disusun berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa. program pengajaran diarahkan agar siswa mampu menciptakan pengalaman sendiri berdasarkan kebutuhannya. hal ini dilakukan untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki.
-
Memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya dan untuk menumbuhkan kepercayaan
dirinya.
§
Pengajaran disusun untuk memperoleh keterampilan dasar (akademik, pribadi,
antar pribadi, komunikasi, dan ekonomi) berdasarkan kebutuhan masing-masing
siswa.
§
Memilih dan memutuskan aktivitas pengajaran secara individual dan mampu
menerapkannya.
§
Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi.
§
Mengembangkan suasana belajar yang menantang dan bisa dimengerti.
§ Mengembangkan tanggung jawab siswa, mengembangkan sikap tulus, respek, dan menghargai orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik.
§ Mengembangkan tanggung jawab siswa, mengembangkan sikap tulus, respek, dan menghargai orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik.
Para
ahli psikologi menciptakan sebuah teori dimana pendidikan berpusat pada siswa (learner
centered-pedagogy). Prakteknya dalam dunia pendidikan yaitu dengan
menggabungkan pengembangan kognitif dan afektif siswa.
Dalam
teori humanisme, setiap siswa memiliki tanggung jawab terhadap pembelajaran
mereka masing-masing, mampu mengambil keputusan sendiri, memilih dan
mengusulkan aktivitas yang akan dilakukan mengungkapkan perasaan dan pendapat
mengenai kebutuhan, kemampuan, dan kesenangannya. Dalam hal ini, guru berperan
sebagai fasilitator pengajaran, bukan menyampaikan pengetahuan.
7. Teori
Sibernetik
Istilah
sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cybernetics berarti pilot). Istilah
Cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika,
pertama kali digunakan th.1945 oleh Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul
Cybernetics. Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada
komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar
sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan
lingkungan.
Seiring
perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari
Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan
informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan
terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi
ajar), menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi
hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya
'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau
bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan
sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUT
Teori
sibernetik diimplementasikan dalam beberapa pendekatan pengajaran (teaching
approach) dan metode pembelajaran, yang sudah banyak diterapkan di Indonesia.
Misalnya virtual learning, e-learning, dll.
Beberapa kelebihan teori sibernetik:
Beberapa kelebihan teori sibernetik:
-
Setiap orang bisa memilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan untuk
dirinya, dengan mengakses melalui internet pembelajaran serta modulnya dari
berbagai penjuru dunia.
-
Pembelajaran bisa disajikan dengan menarik, interaktif dan komunikatif. Dengan
animasi-animasi multimedia dan interferensi audio, siswa tidak akan bosan duduk
berjam-jam mempelajari modul yang disajikan.
-
Menganggap dunia sebagai sebuah 'global village', dimana masyarakatnya bisa
saling mengenal satu sama lain, bisa saling berkomunikai dengan mudah, dan
pembelajaran bisa dilakukan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu,
sepanjang sarana pembelajaran mendukung.
- Ketika bertanya atau merespon pertanyaan guru atau
instruktur, secara psikologis siswa akan lebih berani mengungkapkanya, karena
siswa tidak akan merasa takut salah dan menanggung akibat dari kesalahannya
secara langsung.
B.
Pendekatan
pembelajaran bahasa
Dalam proses belajar mengajar, kita mengenal
istilah pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Istilah-istilah tersebut
sering digunakan dengan pengertian yang sama; artinya, orang menggunakan
istilah pendekatan dengan pengertian yang sama dengan pengertian metode, dan
sebaliknya menggunakan istilah metode dengan pengertian yang sama dengan
pendekatan; demikian pula dengan istilah teknik dan metode. Pendekatan merupakan
dasar teoretis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara
lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan; ada pula yang menganggap
bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; dan ada
lagi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma, dan aturan.
Asumsi-asumsi tersebut menimbulkan adanya pendekatan-pendekatan yang berbeda,
yakni:
(1)
Pendekatan belajar berbahasa berarti berusaha membiasakan dan menggunakan
bahasa untuk berkomunikasi.
(2)
Pendekatan belajar berbahasa berarti berusaha untuk memperoleh kemampuan
berkomunikasi secara lisan sehingga berpengaruh pada kemampuan berbicara.
(3)
Pendekatan pembelajaran bahasa yang harus diutamakan ialah pemahaman akan
kaidah-kaidah yang mendasari ujaran, tekanan pembelajaran pada aspek kognitif
bahasa, bukan pada kemampuan menggunakan bahasa.
Pendekatan yang telah lama
diterapkan dalam pembelajaran bahasa antara lain ialah pendekatan tujuan dan
pendekatan struktural. Kemudian menyusul pendekatan-pendekatan yang dipandang
lebih sesuai dengan hakikat dan fungsi bahasa, yakni pendekatan komunikatif.
a. Pendekatan Tujuan
Pendekatan
tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar
mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan yang
hendak dicapai. Jadi, proses belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan itu sendiri.Pada bagian terdahulu telah
disebutkan bahwa kurikulum disusun berdasarkan suatu pendekatan. Misalnya,
untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran yang ditetapkan ialah
"Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau informasi
dari bacaan”. Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang penting ialah
tercapainya tujuan, yakni siswa memiliki kemampuan mengarang. Penerapan
pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan "cara belajar tuntas".
b.
Pendekatan Struktural
Pendekatan
struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa dimana bahasa
harus dipahami sebagai seperangkat kaidah, norma, dan aturan. Karena itu
pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau
tata bahasa. Selain itu, pembelajaran bahasa perlu dititikberatkan pada
pengetahuan tentang ketatabahasaan yang menjadi sangat penting. Jelas bahwa
aspek kognitif bahasa lebih diutamakan. Dengan pedekatan struktural, siswa akan
menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
c.
Pendekatan Komunikatif
Pendekatan
komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan
menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam
pembelajaran bahasa. Karena bahasa memiliki fungsi sebagai sarana untuk berkomunikasi. Littlewood (1981) mengemukakan
beberapa alternatif teknik pembelajaran bahasa. Dalam kegiatan belajar mengajar
berupa pemberian latihan seperti :
(1)
Memberikan informasi secara terbatas
Contoh:
(a) Mengidentifikasi gambar
Siswa yang melakukan Tanya jawab mengenai beberapa gambar dan saling
berpendapat.
(b) Menemukan/mencari pasangan yang cocok
Guru memberikan gambar kepada siswa yang berbeda. Kemudian
siswa-siswa tersebut mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada teman-temannya mengenai
ciri-ciri gambar lalu siswa mengambil gambar yang cocok dengan ciri-ciri
tersebut.
(c) Menemukan informasi yang ditiadakan
Guru memberikan informasi tetapi ada bagian-bagian yang sengaja
ditiadakan. Siswa ditugasi mencari atau menemukan bagian yang tidak ada itu.
2)
Memberikan informasi tanpa dibatasi bebas (tak terbatas)
Contoh:
(a) Mengomunikasikan contoh dan gambar
Siswa membawa model bentuk-bentuk yang telah diatur dan berbeda
kemudian saling memberitahu gambar pada siswa lainnya.
(b) Menemukan perbedaan
Siswa membawa gambar mendiskusikan gambar tersebut sehingga
menemukan perbedaannya.
(c) Menyusun kembali bagian-bagian cerita
Sebuah gambar cerita (tanpa dialog) dipotong-potong kemudian siswa
harus menyusunnya kembali.
(3)
Mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah
Siswa
harus merencanakan suatu kegiatan kemudian mencari dan menyelesaikan masalahnya
(4)
Menyusun informasi
Siswa
diminta berimajinasi mengadakan acara kemudian menyusun informasi apa saja yang
didapatnya.
C. Metode pembelajaran
bahasa
Pada dasarnya guru adalah seorang
pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya
untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu
menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus
dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling
penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat
menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan.
Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didiknya.
Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan
menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain.
Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran.
Disini saya akan memaparkan beberapa metode pembelajaran menurut Ns. Roymond H.
Simamora, M.Kep yang dapat kita digunakan.
Macam-Macam
Metode pembelajaran :
1. Metode
Ceramah
Metode pembelajaran
ceramah
adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok
pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif
besar. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi
pendengarnya. Metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan
ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa
informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang
peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau
saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan
kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi
merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif dibanding metode ceramah. Metode
ini dapat meningkatkan pemahaman anak pada konsep dan keterampilan memecahkan
masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi
hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih
efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
3.
Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran
demontrasi
merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran
seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau
seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatu proses.
Kelebihan
Metode Demonstrasi :
a. Perhatian siswa dapat lebih
dipusatkan.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil
pembelajaran lebih melekat. Kelemahan metode Demonstrasi :
a. Siswa kadang kala sukar melihat
dengan jelas benda yang diperagakan.
b. Tidak semua benda dapat
didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan
oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.
4.
Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran
Ceramah Plus
adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode
ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya.
Ada
tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan
tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan
tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan
latihan (CPDL)
5.
Metode Resitasi
Metode Pembelajaran
Resitasi
adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan
kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
a. Pengetahuan yang diperoleh peserta
didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama
b. Peserta didik memiliki peluang untuk
meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri.
Kelemahan
Metode Resitasi
adalah :
a. Kadang kala peserta didik melakukan
penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau
bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh
orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi
perbedaan individual.
6. Metode Eksperimental
Merupakan suatu cara pengelolaan pembelajaran
di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan
untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses,
mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
tentang obyek yang dipelajarinya.
7.
Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode
study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak
peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan
selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan
hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
8.
Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan
keterampilan (drill method) adalah suatu
metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada
peserta didik, dan mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk
melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas
dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau
pola yang otomatis pada pesertrta didik.
9.
Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran
beregu
adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang
masing-masing mempunyai tugas.Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai
kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung.
Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan
team pendidik tersebut
10.
Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving
(metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan
suatu metode berpikir, karena menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan
mencari data sampai pada menarik kesimpulan. Metode ini merangsang berfikir dan
menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa.
Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mengeluarkan
pendapat.
D.
Teknik
pembelajaran bahasa
Teknik diartikan sebagai metode atau
sistem mengerjakan sesuatu (KBBI, 2001:1158). Teknik pembelajaran merupakan
cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam metode),
berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan oleh guru bergantung
pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses belajar mengajar
dapat berjalan lancer dan berhasil dengan baik. Untuk metode yang sama dapat
digunakan teknik pembelajaran yanmg berbeda-beda bergantung pada situasi kelas,
lingkungan dan sifat-sifat siswa serta kondisi yang lain. Teknik pembelajaran
ditentukan berdasar pada metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan
pendekatan yang dianut. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, teknik ini mengacu
pada implementasi perencanaan pembelajaraan Bahasa Indonesia di depan kelas.
Teknik bersifat prosedural. Teknik yang baik dijabarkan metode dan serasi
dengan pendekatan.
Berikut
sejumlah teknik dalam pembelajaran bahasa Indonesia:
1.
Teknik Ceramah
Pelaksanaan
teknik ceramah dikelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau
informasi tentang ilmu pengetahuan.
2.
Teknik Tanya Jawab
Teknik
tanya jawab dapat diterapkan pada latihan keterampilan menyimak, membaca,
berbicara dan menulis. Selain guru bertanya pada murid, murid juga dapat
bertanya pada guru.
3.
Teknik Diskusi Kelompok
Teknik
ini dapat dilakukan di kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru terutama
dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa
lainnya agar mau berbicara atau bertanya.
4.
Teknik Pemberian Tugas
Teknik
ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki
keterampilan tertentu, untuk siswa kelas rendah tugas individual seperti
membuat catatan kegiatan harian atau disuruh menghafal puisi atau lagu.
5.
Teknik Bermain Peran
Teknik
ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam
hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri
sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter,
pedagang, hewan, dan tumbuhan. Setelah itu diharapkan siswa dapat menghargai jasa
dan peranan orang lain, alam dalam kehidupannya.
6.
Teknik Karya Wisata
Teknik
ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang berkaitan
dengan materi pembelajaran. Misalkan : museum, kebun binatang, tempat pameran
atau tempat karya wisata lainnya.
7.
Teknik Sinektik
Strategi
pengajaran sinektik merupakan susatu strategi untuk menjadikan suatau
masyarakat intelektual yang menyediakan berbagai siswa untuk bertindak kreatif
dan menjelajahi gagasan-gagasan baru dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam,
teknologi, bahasa dan seni.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mendidik, mengajar dan membimbing merupakan tugas
mutlak yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Dalam menjalankan tugasnya
tersebut seorang guru membutuhkan teori, pendekatan, metode dan teknik agar
pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik. Terdapat berbagai macam
teori, pendekatan, metode, dan teknik yang dapat menjadi pilihan bagi guru
untuk melangsungkan proses pembelajaran di sekolah. Teknik pembelajaran ditentukan
berdasarkan pada metode yang digunakan,
dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut, sedangkan pendekatan
diambil berdasarkan teori yang dipilih. Teori, pendekatan, metode, dan teknik
yang digunakan harus disesuaikan pula dengan materi yang akan disampaikan.
B.
Saran
Guru diharapkan memahami dan menguasai teori, pendekatan, metode, dan
teknik yang akan digunakan dalam prosesmpembelajaran. Penggunaan teori,
pendekatan, metode, dan teknik diharapkan
menyesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Zuchdi,
Darmiyanti. dan Budiasih. (1997). Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Departemen P dan K
Ian.
(2010). Teknik Pembelajaran Bahasa
Indonesia. [Online]. Tersedia:http:// ian43.wordpress.com/2010/10/25/teknik-pembelajaran-bahasa-indonesia/
Macam-macam Metode
Pembelajaran. [Online]. Tersedia:http://belajarpsikologi
.com/macam-macam-metode-pembelajaran/#ixzz1m2gOMob3
Iskandar, Denny.Materi Penmettek.[Online]. Tersedia: http://file.upi.edu
/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196606291991031-DENNY_ISKANDAR/MATERI_PENMETTEK_SMP.pdf
kuliah JURUSAN FKIP PGSD ya?
BalasHapuskalau iya, sama dengan saya..
semoga bisa saling berbagi ilmu y..
:)
isinya bagus mba, sangat membantu. tp kalo boleh saranm warna backgroundnya terlalu semriwing, sakit mata kalo ngebacanya.
BalasHapusTerimakasih
BalasHapusArtukel anda sanggat membantu saya
How do you make it easy to win at slots - Dr.MD
BalasHapusThese 익산 출장샵 slot machines are 여주 출장샵 designed 광명 출장마사지 to 경산 출장안마 give you the same experience as the 보령 출장마사지 table games you normally find at casinos. The slot machines